www.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.ws
Glittery texts by bigoo.ws

Rabu, 04 Juni 2008

Diaper Daur Ulang

Sebenarnya, punya bayi sama saja dengan harus siap dengan masalah ompol dan pupnya. Tapi tidak denganku. Aku masih saja parno (hingga saat ini, walau sudah agak berkurang sedikit) dengan masalah yang satu ini. Kenapa? Ya tentu saja karena dalam Islam, 2 hal itu termasuk najis besar. Memang sih, untuk bayi laki-laki yang masih hanya minum ASI, ompol yang mengenai pakaian cukup dipercik dengan air bersih. Tapi aku berpikir, kalau aku cuek dengan masalah ini, takutnya kebawa sampai nanti jika anakku sudah makan makanan tambahan, dimana pipisnya sudah benar-benar najis besar.

Memakaikannya diaper (popok sekali pakai) memang satu solusi, tapi diaper yang breathable (ada sirkulasi udara) dan lembut, harganya cukup mahal. Lagipula, diaper yang beredar di Indonesia tidak ramah lingkungan, karena sulit terurai. Buntutnya, diaper punya andil yang tidak sedikit dalam global warming. Apalagi di jaman sekarang, banyak bayi yang menggunakan diaper. Bayangkan tumpukan sampahnya yang menggunung dalam satu hari saja.

Kemudian aku putar otak bagaimana agar urusan ompol ini tidak merepotkanku, dan juga aku tidak tergantung pada penggunaan diaper. Awalnya aku memotong perlak plastik ukuran reguler menjadi 4 bagian agar bisa dijadikan alas saat dia sedang kupangku untuk kuberi ASI (kurang kerjaan ya? padahal kan di pasaran dijual perlak plastik ukuran kecil). Tapi cara ini tidak terlalu berhasil karena ompolnya tetap mengalir ke bajuku jika aku tidak memasangnya dengan benar. Kemudian aku mencari popok plastik di baby shop. Popok yang bagian luarnya kain, dan di dalamnya plastik itu perlu dilapisi lipatan popok lagi agar ompol tidak mengalir ke luar. Namun popok plastik ini panas bila terlalu lama dipakai. Pantat bayiku jadi sering keringatan, dan diapun mudah gelisah.

Akhirnya aku coba cara lain. Diaper yang masih kupakaikan setiap bayiku tidur malam, kubongkar keesokan harinya. Sebelum dibongkar, aku siram diaper (yang tidak terkena pup) terlebih dulu dengan air agar jeli yang ada di dalamnya mekar semua. Kemudian ujung depan diaper kusobek untuk mengeluarkan jeli-jeli yang sudah mekar itu. Diaper yang sudah kukosongkan isinya, kucuci dengan air bersih dan sabun, lalu kujemur hingga kering. Diaper bekas ini aku lapisi dengan popok kain yang kulipat sedemikian rupa, dan kupakaikan ke anakku. Alhamdulillah, cara ini cukup berhasil. Selain ompol dan pupnya tidak bocor dan berceceran kemana-mana, pantat anakku pun tidak kegerahan. Walaupun begitu, aku harus tetap rajin mengecek apakah popok kainnya sudah basah dan perlu diganti, dan juga tak lupa mengajarinya buang hajat di kamar mandi.

Untuk diaper daur ulang ini, aku memakai merk Mamy Poko, karena selain breathable, diaper ini menurutku paling lembut dan perekatnya paling tahan lama di antara merk lain yang pernah kucoba (pampers, sweety, huggies, soft love) walaupun dibuka-tutup berulang kali. Diaper daur ulang ini bisa digunakan selama perekatnya masih bagus dan kertasnya masih utuh (tidak sobek).

Memang penggunaan diaper belum bisa kuhindari sama sekali hingga anakku berusia 2 tahun ini, terutama jika untuk tidur malam dan bepergian. Tapi setidaknya, dengan cara ini penggunaan diaper bisa kukurangi dan aku tidak bermasalah lagi dengan ceceran ompol. Keuntungan lainnya, saat anakku sudah belajar berjalan, dia tidak terpeleset ompolnya sendiri.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda